MEMAHAMI SISWA YANG NAKAL
Sebagai insan yang
berada disebuah lembaga pendidikan, apalagi sekolah menengah kejuruan yang
notabene siswanya adalah laki-laki. Menghadapi siswa “nakal” adalah hal yang
biasa mulai dari siswa yang sering terlambat atau bolos sekolah, tidak
mengerjakan tugas/PR, ribut di kelas, jajan saat jam pelajaran, tidak sholat,
dan masih banyak contoh “kenakalaan” lain yang kerap dilakukan siswa. Hal-hal
tersebut memang benar-benar menguji kesabaran kita. Dibutuhkan kesabaran dan
keuletan tinggkat tinggi.
Sebenarnya apakah benar
ada anak diberi label “nakal”? penulis sendiri tidak setuju bila ada siswa yang
dilabeli “nakal” apabila ia merasa tidak sanggup mengendalikan siswanya.
Disisilain ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda sebagaian guru akan menganggap
siswanya “nakal” bila siswanya tidak mengerjakan PR, guru lain berpendapat
siswa yang sering bolos atau tidak masuk sekolah adalah siswa yang “nakal”
sebagian lainnya menganggap siswa yang ribut saat pembelajaran adalah siswa
yang “nakal”.
Menurut saya tidak ada yang namanya siswa “nakal” yang ada adalah:
1. Siswa yang kritis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri
remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupan. Kedua tercapainya identitas peran.
Kenakalan siswa tejadi karena siswa gagal mencapa masa integrasi kedua.
2. Siswa yang memiliki kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak bisa
mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak
dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang
telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
3. Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk
dengan pekerjaan menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan
dan mengajarkan norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya dia akan sering
bolos atau terlambat sekolah. Saat di sekolah ia akan berulah macam-macam untuk
mendapat pehatian dari orang lain, termasuk kepada gurunya.
4. Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmonis atau bahkan bercerai. Suasana
dirumah yang tidak nyaman akan menyebabkan anak tidak fokus saat pelajaran.
Kedua orang tua yang seharusnya melindungi dan memberi contoh yang baik justru
menjadi akar permasalah anaknya.
5. Siswa yang menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainnya. Tipe anak
seperti ini akan melakukan hal sama pada anak lainnya karena ia adalah “korban”
dan berusaha untuk membalas dendam.
6. Siswa yang mendapat tekanan dari orang tua. Tekanan in bisa berupa tuntutan
orang tua yang teralu tinggi akan prestasi anaknya di sekolah atau peraturan
dirumah yang terlalu ketat atau mengekang. Akibatnya bisa bermacam, siswa bisa
pendiam tapi juga bisa “nakal” karena merasa ingin bebas.
7. Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya masalah ekonomi. Siswa yang
mengalami kekerasan dirumh, maka saat di
sekolah ia akan menunjukkan sikap memberontak kepada gurunya atau bahkan
melakukan kekerasan seperti apa yang ia alami.
8. Siswa yang salah bergaul. Lingkunag memang sangat memberikan pengaruh yang
sangat terhadap perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang tepat atau
menyimpang salah bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.